Surabaya 29 April 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar kuliah umum pada Sabtu (26/04/2025). Kegiatan ini berlangsung di ASSEC Tower, Ruang Majapahit, kampus Dharmawangsa-B UNAIR yang bertajuk dari indonesia untuk dunia: masa depan industri kreatif musik Indonesia di era akal imitasi. Seminar ini menghadirkan narasumber Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, H Giring Ganesha Djumaryo S I Kom. Pada kesempatan tersebut, Giring mengajak peserta untuk merefleksikan peran kecerdasan buatan (AI) dalam perkembangan industri kreatif.
Pengguna AI
Dalam sambutannya, Giring menyampaikan bahwa perkembangan AI saat ini membawa dampak besar bagi dunia kreatif. Ia menceritakan pengalamannya mencoba membuat lagu menggunakan AI, namun merasa hasilnya kehilangan sentuhan emosional. “Saat membuat lagu dengan AI, rasanya ada yang hilang, tidak ada jiwanya,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT telah mencapai 500 juta pengguna secara global. Menurut Giring, AI memberikan kemudahan, tetapi sekaligus membawa potensi ancaman. “Kalau menurut saya, AI ini fifty-fifty,” ujarnya.
Tantangan Kreativitas
Giring menilai bahwa lahirnya AI sebagai “spesies anorganik” yang lebih cerdas dari manusia. Ia membandingkan kemunculan AI dengan revolusi teknologi sebelumnya seperti bom atom, namun menilai bahwa dampak AI terasa lebih langsung dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh adaptasi yang disebutkannya adalah tren masyarakat menggunakan AI untuk membuat ilustrasi bertema budaya populer, seperti gambar Lebaran dalam gaya animasi Ghibli atau mainan.
Namun, Giring menekankan bahwa AI tidak bisa sepenuhnya menggantikan keaslian karya manusia. Ia mencontohkan karya maestro Indonesia seperti Basuki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi. Menurutnya, penggunaan AI sebaiknya hanya dijadikan alat bantu referensi dalam proses kreatif. “Ketergantungan berlebihan pada teknologi bisa membuat kita kehilangan kreativitas,” tegasnya.
Arah Kebijakan
Selain berbicara mengenai dampak AI, Giring juga membahas arah kebijakan nasional terkait teknologi ini. Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan lima prioritas dalam pengembangan AI, yaitu pendidikan talenta digital, pelayanan kesehatan, pembangunan kota pintar, reformasi birokrasi, dan ketahanan pangan. Ia menekankan bahwa penggunaan AI harus tetap berlandaskan prinsip etika, tidak boleh digunakan untuk menyebarkan kebencian, dan harus berorientasi pada pembangunan.
Terakhir, Giring menambahkan bahwa dalam bidang kebudayaan, AI dapat digunakan untuk pelestarian dan pengembangan warisan budaya secara inovatif. Ia mengajak para mahasiswa, khususnya Ksatria Airlangga, untuk aktif menjaga kreativitas dan nilai budaya di tengah perubahan zaman. “Saya menganggap bahwa AI fifty-fifty. Karna mereka lebih pintar dan lebih cepat dari manusia, tapi kita sebagai manusia harus bisa beradaptasi,” tutupnya. (far)