More
    BerandaUncategorizedKisah Ketabahan Penjual Gorengan Dampingi Suami Berhaji

    Kisah Ketabahan Penjual Gorengan Dampingi Suami Berhaji

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 20 Juni 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Nurul Hasanah, jemaah haji kloter SUB 24, merasa sangat bersyukur dapat berangkat haji bersama suami tercinta, Muhammad Latif. Pasangan suami istri ini berasal dari Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep.

    “Saya tidak menyangka berangkat haji dengan kondisi seperti sekarang ini. Tetapi ini adalah takdir terbaik Allah SWT untuk saya,” tuturnya, ketika ditemui di Asrama Haji Surabaya pada Kamis (19/6) pukul 00.30 WIB.

    Ia menuturkan ketika mendaftar haji tahun 2012 dulu, sang suami masih sehat dan sukses merantau di Malaysia.

    “Setelah mulai merantau pada 2004, saat itu suami berhasil dengan usaha jual beli rumah di Malaysia,” terang wanita kelahiran 58 tahun lalu ini.

    Namun, di tengah kebahagiaan mereka saat itu, qadarullah tahun 2015 suaminya terkena serangan stroke.

    “Saat itu dia masih di Malaysia. Semua pengobatan kami tanggung sendiri tanpa asuransi. Subhanallah, bisa dibilang kami habis-habisan menggunakan harta kami untuk pengobatan suami saat itu,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

    Serangan stroke Muhammad Latif (60 tahun) saat itu dikarenakan ada pembuluh darah ke otak yang pecah sehingga kepalanya perlu dioperasi.

    “Saat itu saya sempat koma selama 15 hari. Biaya untuk operasi sekitar 500 juta rupiah kalau dikurskan dari ringgit, semua kami bayar sendiri,” tutur Latif di samping istrinya.

    Setelah suaminya pulih, Nurul dan suami kembali ke Sumenep.

    “Suami tidak bisa bekerja. Saya yang bekerja. Sehari-hari saya jualan gorengan seperti ote-ote dan pisang goreng. Rata-rata keuntungan yang saya peroleh perhari sekitar 20 ribu,” jelas wanita dua anak ini.

    Selain jualan keliling, Nurul juga berjualan di acara-acara seperti pesta pernikahan, khitanan, atau pengajian umum.

    “Kalau ada acara pesta, selain gorengan, saya jualan rujak. Lumayan bisa dapat keuntungan lebih banyak,” ceritanya.

    Ia menceritakan untuk pelunasannya, dia berjuang semampunya agar mampu melunasi biaya hajinya dan suami.

    Dua hari menjelang keberangkatannya, dia dan suami hanya memiliki uang seribu rupiah.

    “Alhamdulillah, Allah SWT memberikan rezeki lewat saudara-saudara dan para tetangga yang memberi uang saku sebelum kami berangkat,” tuturnya.

    Selama di Tanah Suci, Nurul merasa bersyukur karena kamar ia dan suami saling berdekatan dan satu lantai baik di Madinah maupun di Makkah.
    “Pelayanannya enak, hotelnya bagus,” tuturnya.

    Dia menuturkan sebisa mungkin mendorong kursi roda suaminya sendiri.

    “Ketika tawaf, saya naik mobil golf dengan biaya sekitar satu juta. Layanan ini resmi dari pemerintah Saudi. Pernah juga minta tolong ke sesama jemaah dengan membayar sebesar 500 ribu. Kalau membayar jasa dorong warga setempat, bagi saya terlalu mahal dengan harga sekitar 2 juta rupiah,” terangnya.

    Sementara itu ketika proses ibadah di Armuzna, dia mendorong suaminya sendiri.

    Nurul bersyukur ia dan suami diberi kesehatan sehingga dapat mengikuti semua rangkaian ibadah haji dengan baik.

    “Meskipun dengan membawa suami berkursi roda, Alhamdulillah kami tidak sakit macam-macam. Hanya batuk pilek biasa,” ceritanya.

    Selama berada di Tanah Suci doa utama yang ia mohonkan adalah pengampunan dosa. Ia berharap dosa-dosanya dan keluarga mendapat ampunan dari Allah SWT.

    Rombongan bis yang mengantar Nurul dan suami pulang ke Sumenep, keluar dari Asrama Haji Surabaya sekitar pukul 02.00 dini hari. (her)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru