Surabaya 11 Juli 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Indonesia secara resmi telah berpindah region wilayah WHO (World Health Organization) dari region SEARO (South East Region) ke WRP (West Pacific Region). Perpindahan itu sebagai langkah strategis Indonesia dalam menghadapi tantangan di bidang kesehatan yang semakin beragam.
Menanggapi kebijakan ini, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Ernawaty drg M kes angkat bicara. Menurutnya, perpindahan region WHO Indonesia ke daerah Pasifik Barat bisa menjadi langkah strategis untuk memperkuat kolaborasi regional dalam menghadapi tantangan kesehatan, termasuk memastikan respons yang cepat dan efektif terhadap ancaman penyakit.
“Bergabungnya Indonesia ke WHO WPRO membawa sejumlah keuntungan, mengingat beberapa negara di kawasan ini memiliki sistem kesehatan yang lebih canggih. Indonesia dapat berkolaborasi dengan negara-negara maju dan negara-negara kecil di Pasifik, yang dikenal memiliki sistem kesehatan yang kuat, teknologi mutakhir, dan kebijakan publik yang berbasis regulasi,” ungkapnya.
Karakteristik Region
Dr Erna menyebut karakteristik region WPRO yaitu adanya perbedaan prioritas kesehatan pada setiap negara anggotanya. Pada bidang epidemiologi, negara seperti Papua Nugini berfokus pada pengendalian penyakit menular seperti malaria. Sedangkan, negara maju seperti Australia lebih fokus pada penanganan penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat seperti diabetes dan penyakit jantung.
“Perbedaan prioritas kesehatan di kawasan Pasifik Barat mencerminkan variasi dalam kondisi epidemiologi, faktor sosial-ekonomi, tantangan lingkungan, dan kebijakan kesehatan. Mengetahui perbedaan ini membantu Indonesia menyusun kebijakan yang relevan dan efektif, serta memperkuat kerjasama regional dalam menghadapi isu kesehatan yang kompleks,” ungkapnya.
Salah satu keunggulan WPRO adalah Health Information and Intelligence Platform, yang memungkinkan pertukaran data kesehatan secara real-time antarnegara. Ini sejalan dengan program “Satu Sehat” yang sedang dikembangkan oleh Indonesia untuk menciptakan sistem data kesehatan terintegrasi. Selain itu kebijakan pengendalian gula pada region ini menjadi salah satu keunggulan WPRO.
“Kebijakan Nutrient Profile Model yang membatasi pemasaran makanan tinggi gula kepada anak-anak dan mendorong pelabelan nutrisi yang jelas di kemasan. Negara-negara seperti Australia dan Korea Selatan sudah menerapkan kebijakan ini dengan hasil yang positif. Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan edukasi gizi dan melindungi generasi muda dari makanan tidak sehat,” ungkapnya.
Langkah Strategis
Dr Erna menyebut salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan Indonesia yaitu dengan memahami perbedaan kebijakan SEARO dan WPRO untuk merumuskan kebijakan kesehatan yang tepat bagi Indonesia. Perlu analisis menyeluruh terhadap kondisi kesehatan di Indonesia dan negara tetangga untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang paling mendesak termasuk mengenali isu lintas batas, seperti penyakit menular dan kesehatan lingkungan. “Kehadiran Indonesia di WPRO menciptakan kesempatan meningkatkan kolaborasi regional dan memperkuat diplomasi kesehatan. Dengan pengalaman dalam menghadapi pandemi serta program-program seperti imunisasi massal dan digitalisasi layanan kesehatan, Indonesia siap memberikan kontribusi signifikan dan memimpin dalam isu-isu kesehatan di Asia Pasifik tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai penggerak kebijakan kesehatan di kawasan ini,” pungkasnya. (far)