Surabaya 17 Juli 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Bau tak sedap dari tumpukan sisik ikan sudah menjadi persoalan umum di sektor perikanan. Limbah sisik ikan nila salah satunya. Limbah yang warga anggap tak berguna, sebenarnya mengandung banyak manfaat yang sering terabaikan. Melihat potensi tersebut, lima mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas inovasi bertajuk SISICA: Inovasi Wound Dressing Biodegradable Berbasis Pemanfaatan Ekstrak Sisik Ikan Nila.
Gagasan tersebut kemudian mereka ajukan dalam skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan 2025 dan berhasil memperoleh pendanaan dari Kemendikti Saintek. Tim terdiri dari Fadilatul Azzahra (FKP) sebagai ketua, Chandra Arya Gatra (FPK), Olivia Bilqis Ayu Wijaya (FKP), Natasyah Nur Atika Syahla (FF), dan Mugi Utomo (FTMM), di bawah bimbingan Rifky Octavia Pradipta SKep Ns MKep.
Memanfaatkan Limbah
Wound dressing sendiri merupakan penutup luka yang berfungsi untuk melindungi dan mempercepat penyembuhan luka. Fafa, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa ide SISICA tercetus dari banyaknya limbah sisik ikan yang belum masyarakat manfaatkan. Tumpukan tersebut tidak hanya menimbulkan bau tak sedap, tetapi juga mengundang lalat dan serangga lain yang berpotensi membawa penyakit.
Terpilihnya sisik ikan nila sebagai bahan utama, bukan tanpa alasan. Kandungan kolagennya tinggi dan ketersediaannya pun melimpah di Indonesia. “Nilai utama dari gagasan kami adalah bagaimana sesuatu yang biasa dibuang bisa jadi solusi untuk kesehatan, sekaligus bentuk nyata kontribusi dalam pengurangan limbah,” jelasnya.
Alternatif Penutup Luka
Dari sinilah, SISICA mereka kembangkan sebagai alternatif penutup luka yang lebih ramah lingkungan. Produk dikemas dalam bentuk gel, sehingga lebih fleksibel dan praktis dalam situasi darurat atau pertolongan pertama.
Berbeda dari perban dan plester konvensional pada umumnya yang berbahan sintetis dan sulit terurai, SISICA mengusung konsep biodegradable dan menawarkan kenyamanan lebih saat digunakan. Kandungan kolagen pada sisik ikan nila juga menjaga kelembapan kulit sehingga tidak menimbulkan rasa sakit saat pengguna melepasnya.
“Penggunaan perban dan plester yang ditumpuk beberapa lapis bisa menurunkan rasa percaya diri pengguna. Produk kami biodegradable, mudah terurai, easy to carry karena kemasannya kecil dan praktis, serta fleksibel karena bentuk gel-nya bisa menyesuaikan dengan ukuran luka,” tuturnya.
Rencana Lanjutan
Kendati saat ini tim masih fokus pada pengembangan formulasi, mereka telah menyiapkan berbagai rencana lanjutan untuk beberapa tahun kedepan. Mulai dari eksplorasi bentuk sediaan lain, pengurusan legalitas, hingga rencana kerjasama dengan industri agar SISICA bisa mereka pasarkan secara resmi.
“Kami tidak ingin SISICA berhenti sebagai proyek PKM saja. Kalau terus dikembangkan, SISICA punya potensi besar untuk menjadi alternatif wound dressing yang ramah lingkungan dan lebih terjangkau,” pungkasnya.
Tim SISICA berharap bahwa produk tersebut dapat masyarakat manfaatkan secara luas, khususnya di daerah yang sulit mendapatkan akses terhadap produk medis modern. Inovasi SISICA juga mereka harapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah organik secara bijak. (nis)