Surabaya 2 Agustus 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Caesareza Aurelya Heroedin, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR), berhasil lolos dalam program pertukaran pelajar internasional. Program pertukaran ini diselenggarakan oleh International Federation of Medical Students’ Associations (IFMSA). Di Indonesia, proses seleksi untuk seluruh mahasiswa kedokteran dikelola oleh Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA).
Cesa, panggilannya, bersama salah satu rekannya dari FK UNAIR, Kinesha Kotsya, berkesempatan mengikutiprogram Standing Committee on Professional Exchange (SCOPE). Meskipun keduanya mengikuti program yang sama, Cesa dan Kinesha mendapatkan tempat pada departemen yang berbeda.
Cesa memulai kegiatan selama kurang lebih satu bulan, dari Senin (7/7/2025) hingga Jumat (1/8/2025). Dalam program tersebut, ia menjalani clinical rotation (clerkship) di Trousseau Hospital, yang merupakan bagian dari Centre Hospitalier Régional Universitaire (CHRU) Tours, Prancis.
Kemajuan Teknologi Kedokteran Eropa
Selama menjalani program, Cesa terlibat langsung dalam aktivitas klinis bersama para residen dan profesor. Cesa mengungkapkan bahwa kasus medis yang ia temui di sana cukup rumit dan menarik sehingga mereka bisa belajar banyak.
Cesa juga mengamati secara langsung perkembangan pesat teknologi bedah di Eropa. Dalam berbagai kasus, rumah sakit di sana sudah mengimplementasikan penggunaan robot-assisted surgery.
“Teknologi diagnostik di rumah sakit sangat beragam dan canggih. Aku juga lihat penggunaan robot-assisted surgery dalam berbagai kasus. Penanganan medis banyak mengutamakan prosedur non-invasif, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan aman,” ungkap Cesa.
Kesempatan untuk Self-development
Tak hanya sisi akademik, mereka juga memetik banyak pelajaran dari interaksi lintas budaya. Cesa berdiskusi dan berbagi pandangan dengan dokter, residen, serta mahasiswa dari berbagai negara, seperti Brasil, Peru, Swedia, hingga Slovenia.
Namun, program ini juga membawa tantangan tersendiri. Budaya belajar di Prancis menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dan inisiatif. Selain itu, kendala bahasa menjadi hambatan yang cukup signifikan.
Karena tidak semua tenaga medis di sana terbiasa menggunakan bahasa Inggris, Cesa menghadapi tantangan dalam berkomunikasi. Untuk mengatasinya, ia beradaptasi dengan mempelajari bahasa Prancis dasar untuk percakapan sehari-hari dan terus mengasah kemampuan komunikasinya. “Harus cepat beradaptasi, menjadi lebih tanggap, dan belajar sedikit bahasa Prancis untuk daily. Karena itulah, program exchange ini benar-benar self-development yang berarti bagi aku,” tutup Cesa. (far)