Surabaya 25 September 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Hanpir seluruh karyawan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih mendalam kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir.
Mereka menilai keputusan Erick Thohir, mencabut Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) Nomor 14 Tahun 2024 sebagai langkah berani dan cepat. Kebijakan ini tidak hanya mengakhiri polemik panjang, tetapi juga menandai era baru dalam reformasi birokrasi di Kemenpora.
Permenpora Nomor 14 Tahun 2024 yang ditandatangani Menpora sebelumnya, Dito Ariotedjo, mengatur standar pengelolaan organisasi olahraga. Namun, aturan tersebut menuai banyak kritik, termasuk dari KONI dan berbagai induk organisasi olahraga.
Arif, salah satu karyawan KONI Jawa Timur, menilai regulasi tersebut terlalu jauh mengintervensi independensi organisasi olahraga, terutama dalam hal kepengurusan, pembiayaan, dan mekanisme pemilihan ketua umum.
“Aturan ini bahkan berpotensi menimbulkan sanksi dari federasi olahraga internasional, karena melarang intervensi pemerintah terhadap urusan internal organisasi olahraga. Pencabutan Permenpora ini langkah strategis agar olahraga Indonesia bisa berkembang tanpa hambatan birokrasi yang rumit,” ujarnya.
Sebagai simbol kelegaan, seluruh karyawan KONI Jatim melakukan aksi cukur gundul. Arif menyebut aksi itu sebagai bentuk syukur setelah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang mereka khawatirkan akhirnya tidak terjadi.
“Ini keputusan bijaksana yang menyelamatkan banyak keluarga,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Elian Ganda, karyawan KONI Jatim yang akrab disapa Black. Menurutnya, aksi cukur gundul bukan sekadar ritual, melainkan simbol pelepasan beban setelah melewati ketidakpastian panjang.
“Kami bersyukur kepada Allah SWT, karena bila Permenpora No. 14/2024 diterapkan, akan terjadi banyak PHK di kantor-kantor KONI seluruh Indonesia. Dalam salah satu pasalnya, bahkan ada larangan karyawan KONI menerima gaji,” jelas Black di Surabaya.
Ia menambahkan, kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Saat ini terdapat sekitar 514 KONI kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan jumlah karyawan mencapai ribuan orang.
“Kalau ribuan karyawan itu tidak digaji, bagaimana nasib keluarga mereka? Itu yang membuat kami benar-benar resah,” tegasnya.
Bagi para karyawan, pencabutan regulasi tersebut dianggap sebagai langkah penyelamatan. Mereka menyebut aturan itu ‘ngawur‘ karena mengabaikan keberlangsungan hidup para pekerja yang menjadi tulang punggung organisasi olahraga.
“Kami sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Menpora Erick Thohir yang akhirnya mencabut regulasi tersebut,” kata Black.
Mereka berharap keputusan Erick Thohir menjadi titik balik agar kebijakan olahraga ke depan lebih berpihak kepada kesejahteraan semua pelaku olahraga.
“Kami berharap setiap kebijakan yang keluar lebih memperhatikan dampak sosial dan kesejahteraan, tidak hanya bagi atlet dan pengurus, tetapi juga karyawan yang menggerakkan roda organisasi olahraga,” tutupnya.
Sementara Kepala Dinas Pemuda Olahraga Jawa Timur, hingga berita ini terbit tidak bersedia ditemui wartawan.
Dengan keputusan ini, Menpora Erick Thohir bukan hanya menyelamatkan struktur organisasi olahraga, tetapi juga mengembalikan optimisme ribuan karyawan KONI di seluruh Indonesa. (her)