Surabaya 30 September 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Pelatih Timnas 3×3 U17 Putra dan Putri, Andrey Rido Mahardika mengaku senang dan bangga bisa menemani perjuangan para pemain di SEABA U17 Cup 2025 di Singapura pada 27-28 September 2025. Berkat kerja keras, Timnas 3×3 U17 Putri mampu mencatatkan sejarah usai menjadi juara.
Mereka juara usai menangkan tujuh pertandingan sejak babak kualifikasi sampai final. Kemudian untuk kategori putra, mampu mengunci peringkat keempat. Sebelum terhenti di peringkat keempat, tim putra sukses sapu bersih enam pertandingan di babak kualifikasi.
“Rasanya sangat senang dan bangga. Saya melihat effort-nya anak-anak putri, effort mereka di lapangan terutama di semifinal dan final skornya tipis. Dan Banyak terjadi leading skor dari lawan cukup panjang tapi mereka bisa handle itu semua. Mereka bermain dengan tenang dan sabar,” terang Coach Andrey Rido Mahardika.
“Mereka benar-benar mencari momen terbaik agar bisa skor. Ini benar-benar bonus mereka bisa jadi juara,” lanjut pelatih yang karib disapa Edo ini.
Edo menambahkan bahwa kunci sukses di ajang ini adalah memaksimalkan waktu yang ada untuk deliver seluruh situasi bermain dari set play, dari transisi, dan yang paling penting juga untuk memperkuat defense.
“Menurut kita, dengan belum memahami kekuatan lawan serta tidak tidak tahu bagaimana tim-tim dari negara lain, maka kita memilih untuk menekankan ke anak-anak untuk fokus ke defense dulu. Kita rapihkan semua defense lalu naikkan transisi. Dari defense ke offense sampai ke set play-nya,” jelasnya Edo yang di ajang ini bekerja sama dengan Coach Liana Rosmasari.
Kata Coach Edo, selama pertandingan sebisa mungkin untuk menjaga kondisi pemain. Mereka harus rileks agar bisa menikmati pertandingan.

“Yang kita tekankan ke pemain adalah kita minta pemain rileks. Karena melihat hasil dan jalannya pertandingan, leading skor terjadi di antara kedua tim. Baik Indonesia maupun tim lawan,” ujarnya.
“‘Melihat situasi ini kami minta ke anak-anak untuk tetap rileks. Selama persiapan, kita secara repetisi main bareng dan uji coba gak ada, jadi kita minta anak-anak untuk rileks dan pada saat bola time out, kita minta ke pemain melakukan regrup dan komunikasi untuk penyelesaian dan next play mau melakukan apa,” terangnya.
Hal ini, lanjut Edo, karena pada dasarnya, perbedaan 3×3 dengan 5on5 ini adalah penyelesaian situasi pada saat di pertandingan.
“Sebagai coach gak bisa deliver secara direct ke pemain. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan brief terkait situasi-situasi yang akan terjadi, supaya pemain tahu langkah-langkahnya seperti apa,” ucapnya.
“Kita sangat bersyukur khususnya tim putri bisa eksekusi dengan baik dan tim putra juga bisa lakukan hal yang sama, tapi memang ada beberapa poin yang menjadi catatan sehingga tidak bisa tampil maksimal meski bisa sapu bersih di babak kualifikasi,” ucapnya. (her)