Surabaya 14 Oktober 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Grand Opening Sekolah Budaya Anak Gang Dolly Surabaya resmi digelar pada Minggu, 12 Oktober 2025 di Aula Pasar Burung Gang Dolly, Surabaya. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan Binar Community dan Tim Pandawa, RW XII Kampung Dolly, serta Pertamina Foundation, dengan dukungan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Surabaya.
Program Sekolah Budaya Anak Gang Dolly menjadi langkah nyata dalam mendukung pendidikan karakter dan pemberdayaan anak-anak di kawasan eks-lokalisasi melalui pendekatan berbasis budaya.
Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga bulan ke depan dengan kegiatan belajar rutin setiap hari Sabtu, melibatkan 35 anak binaan sebagai peserta utama.
Fakultas Psikologi Unesa berperan sebagai mitra akademik dan pendukung utama melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) fakultas. Dukungan diberikan dalam bentuk fasilitasi rapat, pendampingan psikologis, hingga pemberdayaan relawan mahasiswa.
“Kami melihat potensi besar untuk mengubah wajah pendidikan anak-anak di kawasan marginal melalui pendekatan berbasis budaya yang relevan dan menyentuh aspek psikologis anak,” terang Fitrania Maghfiroh, dosen sekaligus perwakilan Fakultas Psikologi Unesa untuk program tersebut.

Program ini juga mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat setempat. Ketua RW XII Kampung Dolly, Cahyo Andrianto, S.Sos, menyampaikan apresiasi terhadap upaya kolaboratif ini.
“Kami ingin memutus rantai kemiskinan sosial dan membentuk anak-anak yang berjiwa pemimpin, berani, cerdas, dan berakhlak. Program ini menjadi wadah yang sangat berarti bagi masa depan mereka,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, program ini mengusung konsep Culture-Based Learning dengan mengintegrasikan nilai-nilai tokoh Pandawa; Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa, sebagai landasan kurikulum pendidikan karakter.
Melalui pendekatan ini, anak-anak diajak untuk memahami nilai kepemimpinan, keberanian, kreativitas, kejujuran, dan rasa saling menghargai, sekaligus mengenal budaya lokal yang lekat dengan kehidupan mereka.
“Anak-anak di sini adalah calon pemimpin masa depan. Kami percaya mereka bisa dibina dan diberdayakan melalui pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal,” ujar M. Faiz Chisshomudhin, perwakilan Tim Pandawa dalam sambutannya.

Rifda Haura Fathina Besri, Wakil Presiden Binar Community sekaligus sekretaris program, menjelaskan bahwa inisiatif ini berawal dari hasil observasi langsung mahasiswa terhadap kebutuhan masyarakat di kawasan Gang Dolly.
“Kami sudah sering turun mengajar di sini, sehingga tahu cara terbaik mendekati anak-anak. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang bernuansa budaya dibandingkan teknologi atau media sosial. Karena itu, nilai-nilai Pandawa kami jadikan dasar pembelajaran karakter,” ungkap Rifda.
Selain mengajar, kegiatan Sekolah Budaya Anak Gang Dolly juga berfokus pada evaluasi perkembangan karakter anak secara kualitatif melalui observasi dan interaksi sosial.
Tidak ada sistem rapor akademik seperti sekolah formal, namun pembelajaran difokuskan pada bagaimana anak-anak memahami diri, berinteraksi dengan lingkungan, dan menumbuhkan empati.
Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-4 tentang Pendidikan Berkualitas dan poin ke-10 tentang Pengurangan Kesenjangan. Melalui semangat kolaborasi lintas sektor, program ini diharapkan menjadi model pendidikan alternatif berbasis budaya yang dapat direplikasi di wilayah marginal lainnya. “Harapannya, sekolah budaya ini bisa terus berlanjut dan menjadi wadah yang abadi bagi anak-anak di Dolly. Karena di tengah arus modernisasi, pendidikan karakter justru semakin penting,” tutup Rifda. (bry)