Surabaya 27 Nopember 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Webinar internasional bertajuk Invisible Exposures: How EDCs and Toxic Chemicals Impact Women Waste Workers yang digelar oleh kolaborasi antara Universitas Airlangga (UNAIR), Wonjin Institute for Occupational and Environment Health (WIOEH), International Pollutants Elimination Network (IPEN), Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON), dan Ecological Alert and Recovery Thailand (EARTH) pada Selasa (25/11/2025) melalui platform Zoom. Webinar tersebut menyajikan diskusi mendalam terkait paparan bahan kimia berbahaya dari limbah plastik terhadap kesehatan pekerja perempuan di sektor pengelolaan sampah.
Dr Lestari Sudaryanti dr M Kes, peneliti dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, memaparkan hasil riset kolaboratif berjudul Phthalate Exposure, Estrogen Dysregulation, and Its Implications for Insulin and Leptin Function in Relation to Weight Gain among Female Waste-Sorting Workers. Pada paparannya, Dr Lestari menyingkap ancaman serius dari ftalat sebuah senyawa kimia dalam plastik yang berperan sebagai Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs) dan berpotensi mengganggu fungsi hormonal serta metabolisme tubuh manusia.
Kejanggalan Kesehatan pada Perempuan Pekerja Pemilah Sampah
Dr Lestari menjelaskan bahwa pekerja penyortir sampah merupakan kelompok yang memiliki risiko paparan tertinggi. “Pekerja perempuan penyortir sampah terpapar langsung dengan limbah plastik setiap hari,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa ftalat masuk ke tubuh melalui berbagai jalur seperti inhalasi dan kontak kulit.
Penelitian yang ia lakukan menunjukkan fenomena yang sangat tidak biasa. “Mayoritas responden berada dalam kategori obesitas dan overweight, padahal mereka berasal dari komunitas berpenghasilan rendah dan bekerja dengan aktivitas fisik yang tinggi. Ini menunjukkan ada sesuatu yang tidak biasa,” jelasnya.
Data deskriptif penelitian juga menemukan 37 persen responden mengalami hipertensi dan 8 persen menunjukkan indikasi diabetes. Temuan tersebut memunculkan dugaan kuat bahwa paparan bahan kimia berbahaya dari plastik berkontribusi signifikan terhadap gangguan metabolik.
Gangguan Estrogen, Insulin, dan Leptin
Mengutip sejumlah bukti ilmiah, Dr Lestari menjelaskan bahwa ftalat meniru hormon estrogen di dalam tubuh dan mengganggu keseimbangan hormonal. “Ftalat bertindak dengan meniru estrogen, mengganggu aktivitas reseptor estrogen, dan mengacaukan sistem hormon reproduksi perempuan,” tuturnya.
Lebih jauh, paparan ftalat menyebabkan resistensi insulin yang berdampak pada peningkatan kadar gula darah dan memicu risiko diabetes tipe dua. Material presentasinya menunjukkan bahwa perubahan ini berakhir pada konversi glukosa tubuh menjadi lemak, sehingga menimbulkan penumpukan lemak visceral.
Lebih mengkhawatirkan lagi, ia mengungkapkan bahwa efek paparan tidak hanya muncul secara langsung, namun juga memengaruhi generasi berikutnya. “Paparan ftalat terutama pada periode perkembangan awal dapat menyebabkan perubahan epigenetik yang meningkatkan kerentanan obesitas pada generasi sekarang dan mendatang,” ujarnya.
Seruan Aksi dan Pentingnya Perlindungan Pekerja
Di akhir, Dr Lestari menegaskan pentingnya perlindungan kesehatan pekerja perempuan sektor pengelolaan sampah. “Kesehatan pekerja perempuan harus ditingkatkan karena dampaknya jauh lebih serius,” ujarnya. Ia juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama lintas negara dalam memperkuat riset.
“Penelitian harus terus dikembangkan untuk menemukan solusi terbaik menghilangkan plastik dari tubuh manusia dan dari lingkungan,” tegasnya.(far)
