Surabaya 28 Mei 2024 | Draft Rakyat Newsroom-Delegasi Unair yang beranggotakan Satila Zalianty Zen atau yang kerap dipanggil Zaza (FK), Ari Tricahyanti (FK), dan Rachmat Dimas Oktafenanda (FISIP) berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi karya Ilmiah. Kompetisi itu diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa PGSD Mercusuar Universitas Jember.
Zaza selaku ketua delegasi menyebutkan bahwa kompetisi ini berlangsung cukup panjang. Banyaknya universitas yang ada di Indonesia mengikuti kompetisi ini. Zaza mengatakan bahwa kompetisi itu merupakan pengalaman yang menarik bagi ia dan tim. Banyaknya peserta yang didominasi dari rumpun keilmuan pendidikan, sedangkan tim yang dipimpin oleh Zaza tidak ada sama sekali yang berasal dari bidang pendidikan.
“Karena kompetisi karya tulis ilmiah ini bertema pendidikan, maka kami mengangkat topik pendidikan yang berkaitan dengan anak. Kami menuliskan paper dengan judul CHALEARN (CHARACTER BUILDING LEARNING): Pengembangan Aplikasi Pendidikan Karakter Bagi Anak Tunagrahita Di Era Digital,” tuturnya, dalam rilis Unair, Senin(27/5/2024).
Zaza menjelaskan bahwa dibalik tulisan yang timnya buat berdasarkan metode pendidikan di masa sekarang. Pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter, namun menariknya tulisan itu berfokus pada anak tunagrahita kategori ringan. Ia lebih lanjut menuturkan bahwa kebutuhan pendidikan juga harus menyesuaikan dengan era digitalisasi.
Zaza mengatakan bahwa timnya mempersiapkan materi penulisan selama satu bulan. Proses yang tidak mudah dengan mengirimkan terlebih dahulu muatan tulisan, selanjutnya melakukan presentasi langsung dihadapan dewan juri. Ia menambahkan sebelum presentasi, ia dan tim harus berdiskusi dengan orang yang paham dengan bidang pendidikan.
“Kami sebenarnya senang telah berhasil meraih juara 1, karena banyak sekali teman-teman dan keluarga yang telah mendukung sejauh ini. Memang ini bukan pertama kalinya kami mengikuti kompetisi karya tulis ilmiah, namun ini merupakan pertama kali kami berfokus menulis pada bidang pendidikan terkhusus pada metode pembelajaran bagi anak tunagrahita,” jelasnya.
Zaza menyebutkan meskipun ia dan timnya tidak ada yang berasal dari bidang pendidikan, tetapi mereka tetap bersemangat. Ia dan tim memang sangat antusias untuk mengikuti kompetisi, karena bagi mereka merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.
“Semoga melalui tulisan ini, mampu dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan metode pendidikan kedepannya menjadi lebih berkualitas. Intinya ketika mengikuti kompetisi, jangan takut gagal dan takut untuk mencoba hal baru,” pungkasnya. (naf)