Surabaya 14 Maret 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Bulan Ramadan sering kali membawa perubahan pola tidur dan makan yang dapat memengaruhi produktivitas. Untuk membantu masyarakat tetap produktif selama menjalankan ibadah puasa, Dr Tino Leonardi MPsi psikolog, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) membagikan sejumlah tips berdasarkan perspektif psikologi.
Menurut Dr Tino, puasa yang dilakukan dengan benar justru dapat memberikan manfaat bagi fungsi otak. Dalam konteks puasa Ramadan, ia menjelaskan bahwa puasa yang benar disunnahkan untuk makan buka dan sahur yang bergizi tanpa berlebihan serta cukup beristirahat.
“Berpuasa dapat meningkatkan brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yaitu protein yang berperan dalam perkembangan dan plastisitas otak. Hal ini berkontribusi terhadap peningkatan kognisi, fokus, dan daya ingat individu,” jelasnya.
Kelola Energi dengan Baik
Dr Tino menekankan pentingnya pola makan dan istirahat yang tepat. “Pola tidur dan makan hanya berubah, tidak berkurang banyak. Pastikan makan sahur dan berbuka dengan porsi cukup serta segera beristirahat setelah salat tarawih,” ujarnya.
Sementara itu, Dr Tino menyarankan bahwa pekerjaan yang memerlukan energi besar sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum rasa lapar muncul. Jika timbul rasa kantuk di siang hari, tidur sejenak selama 20 hingga 30 menit bisa menjadi cara untuk membantu mengembalikan energi.
“Namun, jika tidurnya terlalu lama, selain tidak produktif juga membuat badan makin terasa lemas karena kurang bergerak,” imbuhnya.
Selain itu, cara-cara lain Dr Tino paparkan untuk tetap produktif, termasuk melakukan aktivitas fisik ringan dengan senam atau berjalan di sekitar rumah dan area kerja. Hal ini bisa membantu menghilangkan kantuk karena meningkatkan aliran darah, terutama bagi bekerja di depan komputer atau meja kerja.
Membangun Kebiasaan Positif
Umumnya, seseorang yang kurang tidur akan terganggu mood dan produktivitasnya. Namun, Dr Tino menjelaskan bahwa dampaknya bisa diminimalisir. “Tidur lebih awal dan menyempatkan tidur siang bisa menjadi solusi. Biasanya kita akan beradaptasi setelah 2 hingga 3 hari, bahkan mungkin lebih cepat jika terbiasa melakukan puasa sunnah,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dr Tino mengatakan, Ramadan ini adalah momentum untuk belajar membangun kebiasaan positif dan meningkatkan produktivitas jangka panjang. “Rutinitas puasa melatih kita untuk disiplin dalam mengatur waktu makan, ibadah, dan aktivitas harian yang akan menjadi kebiasaan baik bagi fisik dan jiwa jika dilakukan sepenuh hati,” ucapnya.
Menurut Dr Tino, niat yang benar dapat menjaga motivasi selama Ramadan. “Jika kita meniatkan puasa sebagai ibadah dan bekerja atau belajar sebagai bagian dari tanggung jawab, maka secara psikologis mestinya tidak merasa terbebani. Kita tindak lanjuti dengan mempersiapkan dan mengelola fisik agar tetap bugar sepanjang hari,” terangnya. Terakhir, Dr Tino berpesan untuk mengutamakan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi di pagi hari, saat energi masih optimal. “Bagi yang memungkinkan, kegiatan bisa dimulai lebih awal setelah salat Subuh. Selain itu, setiap 45 sampai 60 menit bekerja atau belajar, sempatkan jeda 10 atau 15 menit untuk bergerak ringan agar tetap fokus,” tutupnya.(bry)