More
    BerandaPendidikanKritisi Film Bidaah, Alumni UNAIR Sabet Dua Penghargaan Riset Internasional

    Kritisi Film Bidaah, Alumni UNAIR Sabet Dua Penghargaan Riset Internasional

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 24 Juli 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR). Aidatul Fitriyah, berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional melalui ajang 3rd International Article Writing Competition (IAWC) pada Minggu (20/7/2025). Kompetisi itu diselenggarakan oleh Multimedia University (MMU), Selangor, Malaysia.

    Diikuti oleh peserta dari berbagai negara di kawasan Asia dengan tiga kategori mahasiswa sarjana, pascasarjana, dan umum. Afriya, sapaan akrabnya, bersaing dalam kategori umum, yang menjadi wadah bagi praktisi akademik dan peneliti dari lintas negara dan disiplin. Tak tanggung-tanggung, ia mendaftarkan dua tim riset sekaligus dan keduanya berhasil menyabet penghargaan.

    Pada kategori Language and Communication, riset yang ia pimpin meraih juara pertama dengan anggota timnya, Ahmad Harith Irfan bin Hamdan, alumni University of Malaya dan Ketua Southeast ASEAN Studies Association 2023-2024. Sementara itu, pada kategori Media Criticism, tim kedua yang ia bentuk meraih juara dua bersama Ahmad Dailami Fadhil, mahasiswa Université Sidi ben Abdellah, Maroko sekaligus Ketua PPIDK Timur Tengah dan Afrika.

    Mengkritisi Film Bidaah

    Kedua riset yang Afriya sertakan bersama tim berangkat dari objek yang sama yakni serial film Bidaah. Film ini secara berani merepresentasikan praktik penyimpangan agama dalam komunitas tertutup. Meski objeknya sama, masing-masing riset menawarkan pendekatan yang berbeda.

    “Riset pertama menggunakan teori Critical Discourse Analysis Fairclough untuk melihat bahasa, simbol, dan visual digunakan sebagai alat dominasi ideologis. Sedangkan riset kedua saya analisis dari sudut teologi Islam dan hukum fikih untuk mengkritik doktrin penyimpangan agama,” jelas Wisudawan Berprestasi UNAIR 2024 itu.

    Motivasi Afriya memilih isu itu berasal dari kegelisahaan terhadap maraknya penyimpangan agama yang kerap luput dari kritik terbuka. “Lewat film sebagai medium populer, kita bisa membongkar bagaimana kekuasaan bekerja secara simbolik dan tersembunyi dalam kemasan spiritualitas. Ini bukan hanya soal representasi agama, tetapi soal bagaimana agama dimanfaatkan untuk menundukkan nalar, tubuh, dan kehendak manusia.”

    Proses Riset Mendalam

    Riset dilakukan secara intensif melalui analisis tekstual dan visual setiap adegan, untuk menelusuri bagaimana otoritas agama dijadikan alat dominasi yang membentuk doktrin penyimpangan dalam kerangka wacana sosial. Meskipun kompetisi dilakukan secara daring, tantangan tetap hadir dalam koordinasi lintas negara dan lintas disiplin dengan para anggota tim.

    Menurut Afriya, riset yang berangkat dari kegelisahan intelektual justru memiliki potensi untuk menggugah kesadaran publik. Kedepan, Afriya berharap temuannya tidak berhenti sebagai dokumen akademik, melainkan dapat menjadi wacana kritis yang berdampak luas baik dalam studi media, representasi agama, maupun budaya populer. “Capaian ini bukan soal prestise semata, tapi soal validasi terhadap kerja keras dan keberanian berpikir kritis untuk berpihak pada yang tertindas,” ungkapnya.(nis)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru