Surabaya 11 September 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Kabar membanggakan datang dari mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR). Ryan Adi Taufiqurrahman berhasil meraih penghargaan Best Presenter Award dalam ajang internasional i-IDeA™ 2025: The 6th International Science, Technology and Engineering Conference (ISTEC) yang digelar Universiti Teknologi MARA (UiTM) Perlis, Malaysia, pada 3 – 4 September 2025 secara luring.
Dengan mengusung tema Integrating Knowledge for a Brighter Future, ISTEC 2025 menjadi forum penting bagi para peneliti dari berbagai bidang, mulai dari Material Science & Physics, Chemistry, Life Science & Environment, Polymer, hingga Engineering. Konferensi itu menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai universitas ternama di Asia dan Timur Tengah, termasuk Universiti Brunei Darussalam, Universiti Malaysia Perlis, Universitas Syiah Kuala, Institut Teknologi Bandung, hingga King Abdulaziz University, Arab Saudi.
Inovasi Intan Room dan Intan Box untuk Konservasi Penyu
Dalam kesempatan tersebut, Ryan mempresentasikan penelitian berjudul Evaluation of Intan Room: A Revolutionary Artificial Incubation Device to Modify Sex Ratio in Olive Ridley Sea Turtle. Penelitian ini memperkenalkan inovasi Intan Room dan Intan Box, perangkat inkubasi tanpa pasir hasil kolaborasi Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) dan FIKKIA Universitas Airlangga, dengan dukungan CSR Bank BCA. Teknologi ini bertujuan meningkatkan efektivitas penetasan telur penyu sekaligus mengontrol rasio jenis kelamin tukik, membuka peluang baru dalam bioteknologi konservasi laut.
“Penghargaan ini bukan hanya untuk saya pribadi, tetapi juga untuk tim riset dan seluruh pihak yang terlibat, termasuk Banyuwangi Sea Turtle Foundation dan UNAIR. Saya berharap inovasi ini bisa menjadi langkah nyata dalam mendukung konservasi penyu di Indonesia,” ujarnya usai menerima penghargaan.
Pencapaian Ryan tidak hanya membawa harum nama UNAIR, tetapi juga memperlihatkan kontribusi nyata Indonesia dalam inovasi global di bidang sains, teknologi, lingkungan, dan konservasi satwa laut.
Dalam sesi diskusi, Zulaikha, mahasiswa S2 Kimia UiTM Malaysia, menanyakan tantangan terbesar dari pengembangan teknologi tersebut. Menanggapi hal itu, Ryan menjelaskan, salah satu tantangan terberat dalam teknologi Intan Room dan Intan Box adalah mengontrol suhu. Terkadang suhu yang sudah diatur di dalam perangkat ini tetap dipengaruhi oleh suhu luar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baik bagi tim Banyuwangi Sea Turtle Foundation maupun peneliti dari UNAIR untuk menjaga kestabilan inkubasi.
“Kami terus berupaya mencari metode terbaik agar kestabilan suhu tetap terjaga, sehingga tingkat keberhasilan penetasan dan rasio jenis kelamin tukik dapat dikontrol dengan optimal,” tambahnya.
Ryan berharap teknologi ini bisa diimplementasikan secara lebih luas di berbagai kawasan konservasi penyu di Indonesia, bahkan dunia. Dengan begitu, upaya penyelamatan penyu sebagai satwa langka dapat semakin maksimal. (far)