More
    BerandaPendidikanPakar UNAIR Soroti Dampak Ekonomi Memanasnya Perang Iran-Israel

    Pakar UNAIR Soroti Dampak Ekonomi Memanasnya Perang Iran-Israel

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 18 Juni 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Perang antara Iran dan Israel tengah memanas lantaran keduanya terus melancarkan serangan satu sama lain. Terbaru, Iran dan Israel saling serang pada Selasa (17/6/2025), hari kelima konfrontasi paling intens dalam sejarah keduanya. Perang ini memberikan dampak terhadap ekonomi, baik internasional maupun domestik. Menanggapi hal ini, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) memaparkan pendapatnya.

    Dampak pada Perekonomian Internasional

    Prof Rossanto Dwi Handoyo SE M Si PhD mengungkapkan bahwa Perang Iran-Israel akan mengganggu supply dan demand minyak dunia. Pasalnya, Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Perang ini berpotensi meningkatkan harga minyak sehingga secara otomatis biaya produksi juga akan meningkat. Mengingat masih banyaknya negara yang mengandalkan minyak karena belum beralih ke sumber energi terbarukan. Meningkatnya biaya produksi juga tentu berpengaruh terhadap naiknya harga barang. 

    “Di titik ini, harga yang naik akan meningkatkan inflasi internasional kalau berlangsung cukup lama. Kalau konflik ini bertahan lama seperti Rusia-Ukraina, maka akan cukup berat bagi dunia, dapat terjadi ketidakstabilan harga. Akhirnya, dunia akan mengalamistagflation, stagnation plus inflation, artinya pertumbuhan ekonomi dunia menurun dan inflasi dunia meningkat,” jelas Rossanto.

    Pakar UNAIR menyoroti letak Iran dan Israel yang merupakan jalur pelayaran ekspor dunia. Konflik di wilayah tersebut tentu memaksa negara-negara mencari jalur perdagangan lain yang kemungkinan menempuh jarak lebih jauh. Dengan jarak yang lebih jauh, kebutuhan logistik akan semakin mahal sehingga harga jual juga secara otomatis akan meningkat. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok dunia.

    “Saya melihat di sisi lain bahwa ketegangan ini akan memberikan risiko terhadap ketidakpastian ekonomi global. Investor dunia akan berpikir panjang kalau melakukan investasi, pastinya negara-negara Arab dihindari. Terjadinya penurunan investasi global ini berdampak pada menyusutnya perdagangan global,” papar Rossanto. 

    Pengaruh terhadap Ekonomi Domestik

    Sebagai negara pengimpor minyak, meningkatnya harga minyak dunia berpengaruh terhadap bertambahnya pembiayaan yang harus dikeluarkan Indonesia. Meski neraca perdagangan Indonesia saat ini masih surplus, adanya perang dapat mengakibatkan surplus perdagangan semakin kecil. Prof Rossanto menyebut bahwa jumlah ekspor Indonesia ke Timur Tengah memang kecil, tetapi permasalahan terletak pada posisinya sebagai jalur pelayaran.

    “Sebetulnya ekspor kita ke Timur Tengah tidak begitu besar, tidak sampai lima persen dari jumlah ekspor kita. Tetapi, Timur Tengah itu jalur pelayaran ke Eropa, sehingga kalau ada masalah, otomatis biaya logistik ke Eropa semakin mahal. Kalau logistik mahal, otomatis ekspor kita menurun karena importir di Eropa akan mengalihkan ekspor ke negara lain yang lebih murah.”

    Upaya Pemerintah

    Prof Rossanto menyarankan pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat mengamankan pasar dalam negeri dengan mengurangi impor. “Kalau ekspor kita mengalami penurunan, paling tidak impornya juga harus diturunkan. Produk yang selama ini impor jika bisa digantikan dengan produk dalam negeri,” ujarnya.

    Menurutnya, pemerintah perlu untuk menggunakan instrumen kebijakan fiskal dan moneter dalam mengatasi dampak Perang Iran-Israel. Perlu adanya harmonisasi antara kebijakan moneter dan fiskal agar pertumbuhan ekonomi tidak turun. Dalam kebijakan fiskal, pemerintah dapat menerapkan kebijakan perdagangan yang restriktif. Hal ini mengingat banyak negara melakukan tindakan restriktif karena kebijakan tarif Amerika Serikat.

    Dalam kebijakan moneter, Prof Rossanto menyarankan cara yang ekspansif. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia mengandalkan kekuatan dalam negeri karena ekonomi internasional penuh dengan ketidakpastian.

    “Kebijakan moneter kita perlu sedikit ekspansif, istilah lainnya ngegas. Karena inflasi Indonesia sudah terkendali, mungkin Indonesia bisa mulai ngegas dengan menurunkan suku bunga. Akhirnya, investasi bisa meningkat, kredit modal kerja juga meningkat. Masyarakat akan lebih banyak pinjam uang di bank sehingga menggerakkan roda ekonomi.” (far)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru