Surabaya 01 Juli 2025 | Draft Rakyat Newsroom – TNI Angkatan Darat (AD) akan menurunkan sejumlah 24 ribu tamtama ke sawah pada tahun 2025. Para prajurit ini akan bertugas mengurusi kompi pertanian, kesehatan, peternakan, hingga zeni. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wahyu Yudhayana pada Rabu (4/6/2025). Menanggapi rencana ini, guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) angkat suara.
Prof Dr Rustinsyah Dra M Si menyoroti pentingnya memperjelas tugas dan tujuan keberadaan tentara di sektor pertanian. Hal ini lantaran kegiatan pertanian dan permasalahan yang bervariasi di setiap daerah di Indonesia. “Jangan sampai dengan menurunkan tentara ke sektor pertanian ini justru menimbulkan masalah baru. Karena selama ini memang ada persoalan-persoalan di sektor pertanian, tetapi persoalan itu bervariasi. Nah, nanti tentara ini misinya apa harus jelas,” terangnya.
Pentingnya Pembekalan
Sebagai pakar dalam bidang pembangunan pedesaan, Prof Rustin menjelaskan bahwa kondisi setiap daerah di Indonesia sangat bervariasi. Begitu pula dengan kegiatan pertanian dan permasalahan yang petani hadapi. “Kegiatan pertanian itu bervariasi. Ada pertanian sawah, tegalan, hortikultura, pertanian lahan kering, dan banyak lagi. Kondisinya juga berbeda-beda, ada daerah yang subur dan tidak serta kondisi lainnya, sehingga permasalahannya juga beda-beda,” katanya.
Oleh karena itu, Prof Rustin menegaskan pentingnya pembekalan pada tentara yang hendak diturunkan. Tentara harus memahami kondisi daerah di mana ia bertugas serta kondisi masyarakatnya. Dalam implementasinya nanti, guru besar Departemen Antropologi itu mengungkapkan bahwa tentara juga perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat serta dinamikanya.
Mengomunikasikan pada Masyarakat
Keterlibatan tentara di sektor pertanian merupakan hal baru di Indonesia. Pasalnya, selama ini tentara hanya berada di sektor pertahanan negara. Melihat hal ini, Prof Rustin menyampaikan bahwa keberadaan tentara tidak boleh memberikan ketakutan pada warga. Tentara yang hadir di tengah masyarakat harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
“Tentara ini kan punya simbol-simbol seperti pakaian dan simbol lainnya. Kalau memang betul-betul akan diterjunkan, jangan sampai memberikan memberikan rasa takut pada warga. Mereka harus lebih mengayomi dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sehingga bisa berbaur,” tutur Prof Rustin.
Prof Rustin menyebut bahwa pemerintah perlu mengomunikasikan kebijakan ini pada masyarakat. “Perlu komunikasi dengan para stakeholder terkait. Komunikasikan dengan dinas pertanian, kepala desa, organisasi-organisasi seperti Gapoktan, HIPPA, dan lain sebagainya. Harus dikomunikasikan dengan baik bahwa memang kehadiran tentara itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. (far)