Surabaya 9 September 2023 | Draft Rakyat Newsroom – Tim peneliti dari Departemen Desain Interior Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
manfaatkan teknologi Virtual Reality (VR) untuk konservasi bangunan bersejarah. Bekerja sama
dengan Program Studi Arsitektur Universitas Ciputra dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya,
penelitian ini dicanangkan menjadi media pelestarian cagar budaya di masa mendatang.
Dosen Departemen Desain Interior ITS Okta Putra Setio Ardianto ST MT menuturkan, teknologi
VR dipilih karena sifatnya yang merupakan teknologi imersif atau dapat menerapkan realitas
tingkat tinggi hingga mencapai 360 derajat. Dengan hal tersebut, menurut Okta, hasil konservasi

digital bangunan bersejarah dapat dinikmati secara lebih nyata di masa depan. “Bisa juga
menjadi media promosi pariwisata sejarah dan budaya Kota Surabaya,” tuturnya.
Terkait proses, Okta menjelaskan bahwa penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pengembangan VR dengan menggunakan pemindaian tiga dimensi (3D). Hal ini
juga dilakukan untuk mengetahui tingkat identifikasi spasial objek pengguna di dalamnya.
Adapun secara terperinci, proses dalam penelitian ini meliputi survei lokasi, scan LiDAR
ruangan, scan fotogrametri material dan konten, perapian geometri 3D, pengembangan VR,
hingga uji coba di laboratorium.
Okta menyampaikan bahwa pada penelitian ini dilakukan pula pengujian secara langsung dengan
naracoba. Ia menyampaikan, masyarakat yang berminat dapat berkunjung ke museum HOS
Tjokroaminoto saat sesi pengujian. Adapun sesi pengujian pertama telah dilaksanakan pada 16
Agustus lalu, sedangkan pengujian kedua dan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 dan akhir
September mendatang. “Akan dipublikasikan dan dipaparkan di seminar internasional juga,”
ucap Okta.
Lebih lanjut, Okta mengungkapkan, studi kasus yang telah berhasil dibuat pengembangan
kembaran digital adalah kamar kos Bung Karno dan kamar pribadi HOS Tjokroaminoto di
daerah Peneleh, Surabaya. Menurut Okta, melalui hasil analisis sementara diketahui naracoba
merasa kembaran digital terasa sangat nyata. Kemiripan tersebut meliputi segi nuansa
pencahayaan hingga skala ruang. “Hanya sedikit perlu perbaikan di visual detail material ruang saja,” ujarnya.
Lelaki asal Ponorogo ini mengakui, hingga saat ini bangunan bersejarah yang dapat dipindai
masih terbatas. Bangunan yang dimaksud adalah bangunan skala menengah dan berada dalam
pengelolaan Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Menutup paparannya, Okta berharap hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai metode konservasi digital ruang bangunan bersejarah
secara lebih masif. “Tidak hanya di Surabaya, tetapi juga bisa menjangkau seluruh cagar budayadi Indonesia,” pungkasnya.

Penelitian yang berlangsung dalam kurun waktu lima bulan ini melibatkan tim peneliti dari
elemen dosen dan lima orang mahasiswa. Selain Okta, dosen Departemen Desain Interior ITS
lain yang ikut ambil bagian adalah Dr Mahendra Wardhana ST MT, Thomas Ari Kristianto SSn
MT, Caesario Ari Budianto ST MT, dan Anggra Ayu Rucitra ST MMT. Sedangkan dosen
Universitas Ciputra yang terlibat adalah Dyah Kusumawardhani ST MArs, Yusuf Ariyanto ST
MArs, dan Melania Rahadiyanti ST MT.(naf)