More
    BerandaUncategorizedPORPROV IX Jawa Timur 2025: Panggung Emas Talenta, Momentum Kebangkitan Olahraga Daerah

    PORPROV IX Jawa Timur 2025: Panggung Emas Talenta, Momentum Kebangkitan Olahraga Daerah

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 29 Juni 2025 | Draft Rakyat Newsroom Langit Malang Raya bersinar lebih terang bulan Juni ini. Bukan hanya oleh semarak lampu panggung atau dentuman kembang api yang menghiasi langit malam saat opening ceremony, tetapi juga oleh semangat ribuan atlet muda yang berkompetisi di ajang olahraga terbesar sepanjang sejarah Jawa Timur: Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX 2025. Dengan jumlah kontingen dan official mencapai 22.283 orang serta 90 disiplin cabang olahraga yang dipertandingkan, Porprov kali ini bukan hanya memecahkan rekor, tapi juga membuka era baru olahraga daerah sebagai sumbu prestasi nasional.

    Sebagai Wakil Ketua I KONI Jawa Timur sekaligus mantan atlet yang pernah merasakan atmosfer kompetisi PON, saya menyaksikan langsung betapa Porprov telah menjelma menjadi arena strategis dalam sistem pembinaan olahraga nasional. Lebih dari sekadar event berkala, Porprov adalah talent scouting platform terbesar di Indonesia saat ini — terutama dalam skala regional.

    Porprov IX kali ini diikuti oleh lebih dari 22 ribu peserta dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur. Angka ini melampaui Porprov sebelumnya yang berkisar di angka 15-16 ribu. Tentu, ini bukan sekadar statistik. Di balik angka itu, terdapat ribuan kisah perjuangan atlet-atlet muda yang membawa nama daerahnya dan bercita-cita mengibarkan bendera Indonesia di kancah dunia. Dari 90 disiplin cabang olahraga yang dipertandingkan, terdapat 65 cabor induk, serta beberapa cabor tambahan dan baru — seperti padel dan pickleball — yang menandakan kesadaran kita akan dinamika global dalam perkembangan olahraga.

    Porprov bukan hanya pesta olahraga, tapi juga sarana benchmarking kualitas atlet dan ekosistem olahraga daerah. Bagi KONI Jawa Timur, ajang ini adalah filter awal untuk pembinaan jangka panjang, baik menuju PON maupun ajang-ajang internasional di masa depan.

    *Ekosistem Olahraga = Ekosistem Pembangunan*
    Porprov IX adalah bukti nyata bahwa olahraga bukan sektor marjinal, tapi strategic driver pembangunan daerah. Ekonomi Malang Raya bergeliat. Hotel-hotel penuh. UMKM tersenyum. Transportasi, kuliner, pariwisata — semua tumbuh bersamaan dengan jalannya pertandingan.

    Dalam evaluasi awal kami, dampak ekonomi Porprov IX terhadap Malang Raya sangat signifikan. Ribuan orang yang datang ke kota ini — mulai dari atlet, pelatih, hingga keluarga dan pendukung — turut menggerakkan rantai pasok ekonomi mikro. Bahkan, beberapa pelaku UMKM menyatakan bahwa omzet mereka naik lebih dari 3 kali lipat selama Porprov berlangsung. Artinya jelas: olahraga bukan hanya soal medali, tapi juga tentang dampak berganda (multiplier effect) terhadap sosial-ekonomi masyarakat.

    Porprov bukan hanya ajang pembuktian prestasi, tapi juga panggung kolaborasi. Pemerintah daerah, pelaku usaha, media, komunitas, dan lembaga pendidikan, semuanya turut ambil bagian. Inilah wajah baru sports ecosystem Jawa Timur yang makin matang dan inklusif.

    *Inovasi & Teknologi: Olahraga Menyapa Masa Depan*
    Salah satu catatan istimewa dalam Porprov IX adalah penyelenggaraan opening ceremony yang memadukan seni, budaya, dan teknologi. Pertunjukan drone show yang menyinari langit Kota Malang dan gemerlap kembang api menjadi simbol bahwa olahraga dan teknologi kini tak bisa dipisahkan. Ini bukan soal show semata, tapi pernyataan arah: olahraga daerah harus berani masuk ke arena digitalisasi, data analytics, dan sports tech.

    KONI Jawa Timur dibawah komando Bapak M. Nabil menyadari pentingnya membangun basis data atlet berbasis teknologi. Karena itu, pada Porprov kali ini, sistem informasi dan pendaftaran digital juga ditingkatkan. Kami ingin setiap pertandingan dan capaian atlet terdokumentasi dengan baik untuk memudahkan evaluasi dan pembinaan ke depan. Tidak berlebihan jika kami menyebut Porprov kali ini sebagai tonggak modernisasi ekosistem olahraga daerah.

    Saya menyaksikan sendiri betapa antusias dan kompetitifnya atmosfer pertandingan padel — sebuah cabang baru yang kini sedang naik daun di dunia. Meski baru dikenalkan, banyak atlet muda menunjukkan potensi luar biasa.

    Padel adalah simbol dari keberanian KONI dan penyelenggara untuk menyambut tren baru olahraga dunia, sekaligus membuka jalan bagi Indonesia untuk bersaing di cabang-cabang non-tradisional di masa depan.

    Begitu pula dengan wushu, cabang yang saya ikuti perkembangannya sejak lama. Dari penampilan para atlet muda, terlihat betul bahwa proses pembinaan sudah berada di jalur yang benar. Tenaga, ketepatan, dan estetika mereka adalah modal penting untuk tampil di ajang nasional bahkan internasional.

    Beberapa cabang olahraga juga menunjukkan regenerasi yang menjanjikan. Sejumlah atlet belia tampil impresif, bahkan mampu mengalahkan unggulan dari daerah lain. Di sinilah Porprov menjadi arena gladi yang ideal sebelum para atlet benar-benar turun di ajang nasional seperti PON maupun SEA Games.

    *Porprov sebagai Arena Talent Scouting Nasional*
    Sebagai mantan atlet yang tumbuh dari daerah dan bertanding hingga PON, saya tahu betul bahwa Porprov bukan sekadar angka medali. Di balik selebrasi kemenangan, ada potensi masa depan olahraga Indonesia. Porprov adalah titik mula. Di sinilah pelatih dan manajer tim memantau talenta-talenta baru, menyusun program latihan, dan menjembatani proses transisi dari tingkat lokal ke nasional.

    Kami di KONI Jawa Timur menjadikan Porprov sebagai database hidup untuk scouting atlet berbasis prestasi dan data. Maka dari itu, setiap pertandingan adalah momentum evaluasi, bukan hanya kompetisi.

    Satu hal yang patut diapresiasi adalah kesuksesan administrasi dan manajemen penyelenggaraan Porprov kali ini. Mulai dari akomodasi, logistik, jadwal pertandingan, hingga protokol kesehatan dan keamanan, semuanya berjalan relatif mulus. Ini bukan hal yang mudah, mengingat skala Porprov IX adalah yang terbesar sepanjang sejarah pelaksanaan Porprov di Jawa Timur.

    Kerja kolaboratif antara Pemerintah provinsi, panitia, panitia lokal, pemerintah daerah, dan KONI kabupaten/kota menjadi kunci utama keberhasilan ini. Terima kasih kami sampaikan kepada Gubernur Jawa Timur, Wali Kota Malang, Bupati Malang, dan Wali Kota Batu atas dukungan luar biasa yang diberikan.

    *Jalan Panjang Menuju PON & Olimpiade*
    Tugas kita belum selesai. Porprov hanyalah pintu masuk. Tugas KONI berikutnya adalah melakukan talent nurturing—yakni membina, mendampingi, dan mengarahkan atlet-atlet muda untuk terus berkembang. Porprov telah menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki talent pool yang sangat kaya.

    Namun, untuk menjadi provinsi olahraga unggulan, kita perlu memperkuat sistem pembinaan berjenjang dan pelatihan berkelanjutan. Kita perlu pelatih yang kompeten, infrastruktur latihan yang memadai, dan dukungan anggaran yang konsisten. Kita juga perlu memperkuat sinergi dengan dunia pendidikan dan sektor swasta, karena pembinaan olahraga tak bisa disandarkan pada pemerintah saja.

    Porprov IX Jawa Timur di Malang Raya bukan sekadar catatan sejarah olahraga, tetapi juga deklarasi: bahwa masa depan olahraga Indonesia dimulai dari daerah. Dari kota-kota kecil, dari kabupaten yang mungkin tak pernah tampil di headline, muncul juara-juara baru yang kelak akan membawa merah putih ke podium dunia. Kita tidak sedang merayakan kemenangan satu dua daerah, tapi kemenangan bersama: kemenangan sistem, kemenangan kolaborasi, dan kemenangan visi olahraga Indonesia ke depan.

    Sebagai bagian dari keluarga besar KONI, saya percaya: jika kita jaga komitmen ini, maka Porprov tak lagi sekadar pekan olahraga, tetapi bisa menjadi titik balik kejayaan olahraga nasional. Dan dari Malang Raya —  kita telah memulainya.(her)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru