Surabaya 16 Juli 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Fenomena imposter syndrome dan hustle culture semakin jamak dirasakan oleh generasi muda, terutama mereka yang hidup di kota besar seperti Surabaya. Menangkap isu tersebut, tim mahasiswa lintas prodi Universitas Airlangga (UNAIR) yang diketuai oleh Nadinta Kasih Amalia dari Program Studi S1 Statistika 2022 menggagas riset bertajuk Imposter Syndrome dalam Bayang-bayang Hustle Culture: Studi Perilaku Gen Z Surabaya Berdasarkan Self-Discrepancy Theory.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora 2025, tim ini berhasil lolos pendanaan Kemdiktisaintek. Dalam proyek ini, Nadinta memimpin tim dalam menyatukan berbagai keahlian dan mengelola pengolahan data.
“Tim kami terdiri dari lima orang lintas disiplin. Ada Nashwa Carista dan Nabila Zuhrotun bertugas dalam pengolahan data, penyusunan laporan, pengelolaan media sosial, serta pengumpulan data, Vanisia yang menyusun kuesioner dan menjadwalkan survei, dan bintang sebagai editor utama serta menelaah literatur,” tutur Nadinta.
Minim Kajian Lokal
Mereka mengangkat isu ini karena melihat tekanan sosial dan akademik yang kian intens dirasakan Gen Z. “Imposter syndrome dan hustle culture saling memperkuat, dan dampaknya serius bagi kesehatan mental. Tapi, kajian lokal yang mengaitkan keduanya masih sangat minim,” ujarnya.
Untuk menganalisis fenomena tersebut, tim memilih pendekatan self-discrepancy theory. Teori ini mengupas ketidaksesuaian antara diri aktual dan diri yang diidealkan atau diharapkan, dapat memicu ketidaknyamanan psikologis.
Proses Riset
Dalam proses risetnya, tim menerapkan metode mixed method yang mencakup wawancara mendalam secara kualitatif serta metode Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS) secara kuantitatif. Proses dimulai dengan studi literatur, diikuti pra-survei untuk uji kelayakan instrumen, survei utama, pengolahan data, dan penyimpulan hasil.
Saat ini, tim masih berada dalam tahap penyempurnaan kuesioner. Meski begitu, mereka telah menemukan data awal yang menarik. “Berdasarkan studi Tewfik & Harrell (2022), 70 persen individu pernah mengalami imposter syndrome. Sementara laporan Deloitte (2023) menyebutkan 52 persen pekerja muda Indonesia terdorong terus produktif meski mengorbankan kesehatan,” terang Nadinta.
Luaran dari riset ini tidak hanya dalam bentuk artikel ilmiah, tetapi juga media sosial edukatif, dan rekomendasi intervensi serta kebijakan untuk kesehatan mental Gen Z. “Harapannya, ini bisa jadi dasar intervensi seperti pelatihan manajemen diri atau kampanye anti hustle culture,” tambahnya.(far)