Surabaya 25 Agustus 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Ketika banyak yang berpikir juara hanya soal kecerdasan, Tim Sunrise dari Prodi S-1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik (FT), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) membuktikan sebaliknya. Bagi mereka, kemenangan lahir dari kerja keras, kerja sama yang solid, dan kepercayaan diri yang dibangun sejak awal.
Berbekal itulah, tim tersebut berhasil merebut juara 1 dalam ajang Sustainable Bridge Competition (SBC) Civil in Action 2025 yang digelar Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 21–23 Agustus 2025.
Kompetisi bergengsi ini mempertemukan mahasiswa teknik sipil dari berbagai kampus ternama di Indonesia untuk merancang jembatan berkelanjutan. Tantangannya bukan sekadar merakit struktur yang kuat, tetapi juga menghadirkan solusi konstruksi yang efisien, aman, dan ramah lingkungan.
Tim Sunrise ini beranggotakan mahasiswa dari program studi Teknik Sipil. Tim inti terdiri dari Sunday Yuhandaru, Ahmad Bustanul B., dan Aldino A. Mereka diperkuat oleh Satriyo Bagus W., Agam, dan Arya, yang turut membantu proses fabrikasi jembatan. Mereka mendapat bimbingan intensif dari dosen pembimbing, Mochamad Firmansyah Sofianto.
Sejak awal mereka sepakat, setiap proses harus dilalui dengan disiplin dan taat aturan. Tidak ada ruang untuk mengabaikan detail kecil, karena satu kelalaian bisa berarti kehilangan peluang besar.
Dalam prosesnya, tim ini tidak lepas dari kendala. Jadwal yang padat membuat waktu latihan kerap berbenturan dengan agenda lain. Namun, alih-alih menyerah, mereka memilih membangun komunikasi yang lebih intens.
Diskusi demi diskusi mereka lakukan untuk menyamakan langkah, memastikan setiap anggota punya peran yang jelas. Dari situ tumbuh rasa saling percaya, yang kemudian menjadi energi besar di arena kompetisi.
Etos kerja dan kedisiplinan juga mereka tunjukkan saat perakitan. Setiap pengukuran, sambungan, hingga uji kekuatan dijalankan dengan teliti sesuai aturan panitia.
Hasilnya bukan hanya jembatan yang kokoh, tetapi juga kesan profesional yang membuat tim ini menonjol di antara peserta lain. Filosofi sederhana yang mereka pegang—juara hanyalah bonus, yang utama adalah proses—akhirnya benar-benar terwujud.
Kemenangan di Yogyakarta pun menjadi bukti nyata. Tim Sunrise Unesa pulang membawa trofi, tetapi lebih dari itu, mereka membawa pelajaran berharga tentang arti tekad, kolaborasi, disiplin, dan kepercayaan diri.
Sebuah modal yang akan terus mereka bawa, tidak hanya dalam kompetisi, tetapi juga dalam menapaki jalan panjang sebagai calon lulusan teknik sipil yang siap memberi kontribusi dan berdampak bagi bangsa dan negara. (bry)