Surabaya 2 Desember 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Tulisan ini dimaksudkan untuk mengingatkan PT Surya Kreasi Pangan yang diharapkan bisa menjalankan maksud mulia walikota agar harga pangan di Surabaya stabil dan bisa dijangkau oleh masyarakat, namun sayangnya ketika harga harga kebutuhan pokok di Surabaya melambung, jeritan para Mak Surabaya yang harus berpikir keras memutar keuangannya agar bisa tercukupkan kebutuhan gizi anak anaknya. Mereka harus berjuang sendiri tanpa merasakan adanya usaha yang dilakukan perusahaan pangan tersebut, padahal sejatinya mereka mempunyai mandat mensukseskan misi Walikota menstabilkan harga kebutuhan pokok.
Di tengah hiruk-pikuk pembangunan Surabaya sebagai kota modern, maju, dan penuh ambisi, ada satu ironi yang terus terasa di meja makan setiap keluarga: harga pangan tidak pernah betul-betul stabil. Rakyat Surabaya masih harus berjibaku menghadapi naiknya harga beras, telur, cabai, dan bahan pokok lainnya—situasi yang seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah daerah, bukan sekadar catatan pinggir.
Yang membuat ironi ini terasa semakin dalam adalah keberadaan sebuah perusahaan yang secara resmi dibentuk untuk menjawab persoalan tersebut: PT Surya Kreasi Pangan, anak perusahaan PT YEKAPE. Perusahaan ini sejak awal digagas sebagai instrumen strategis untuk mendukung ketahanan pangan dan menstabilkan harga di kota ini. Bahkan seleksi direksinya melibatkan Pemerintah Kota Surabaya, sebuah penanda bahwa perusahaan ini tidak berdiri sebagai entitas komersial biasa, tetapi sebagai kepanjangan tangan yang membawa misi publik.
Namun di balik tujuan mulia itu, publik hari ini mengajukan satu pertanyaan yang semakin lama semakin keras terdengar: Untuk apa PT Surya Kreasi Pangan ada, jika harga pangan tetap melambung dan rakyat tidak merasakan manfaat nyata dari keberadaannya?
Pertanyaan ini bukanlah serangan personal, bukan pula bentuk kemarahan tanpa dasar. Ini adalah pertanyaan yang lahir dari realitas lapangan, dari keresahan ibu-ibu yang harus mengurangi porsi belanja harian, dari pedagang yang kewalahan mengatur margin, dan dari warga kota yang melihat kebutuhan hidup mereka kian memberat dari bulan ke bulan.
Keberadaan yang Tidak Terasa di Meja Makan Rakyat
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perusahaan-perusahaan milik pemerintah—baik langsung maupun melalui yayasan seperti YEKAPE—hidup dari dukungan finansial yang bersumber dari publik. Artinya, PT Surya Kreasi Pangan tidak lahir dari ruang hampa. Ia memperoleh legitimasi, fasilitas, bahkan gaji direksinya melalui mekanisme yang pada akhirnya ditopang oleh uang rakyat Surabaya.
Karena itu pertanyaan tentang manfaat bukan sekadar wajar, tetapi wajib diajukan.
Jika rakyat membayar, maka rakyat berhak merasakan perubahan. Bila perubahan itu tidak tampak—bahkan sekadar perubahan kecil pada stabilitas harga—maka yang menguap bukan hanya harapan, tetapi juga akuntabilitas.
Kerap kali kita mendengar laporan tentang kunjungan kerja ke daerah penghasil pangan, kerja sama dengan petani, atau program pendukung ketahanan pangan. Semua itu terdengar baik dalam laporan kegiatan. Namun di pasar, di kios-kios kecil, di dapur rumah tangga, dampak itu tidak tampak. Di sinilah jurang persoalannya: publik tidak meminta seremoni, publik meminta solusi.
Ketahanan pangan tidak bisa dibuktikan oleh dokumentasi rapat. Ia hanya bisa dibuktikan oleh harga yang stabil dan terjangkau.
Ketika Perusahaan Pangan Tak Berhasil Menstabilkan Pangan
Tidak ada yang lebih sederhana dan lebih jujur dari indikator ini:
Apakah harga pangan terkendali?
Jika jawabannya tidak, maka itu menandakan bahwa fungsi perusahaan belum berjalan sebagaimana mestinya.
Kritik ini bukan berarti keberadaan PT Surya Kreasi Pangan tidak diperlukan. Justru sebaliknya: kritik ini lahir karena perusahaan tersebut memegang mandat penting. Mandat itu tidak boleh diabaikan. Tidak boleh diperlakukan sebagai formalitas. Tidak boleh menjadi sekadar “penanda bahwa kita punya lembaga”.
Pemerintah Kota Surabaya—yang terlibat langsung dalam menentukan pucuk pimpinan perusahaan ini—pun sepatutnya memberikan jawaban terbuka kepada publik. Jawaban yang tidak berbelit, tidak normatif, dan tidak bersembunyi di balik jargon pembangunan.
Surabaya adalah kota besar. Ia layak memiliki sistem ketahanan pangan yang solid, bukan sekadar strukturnya.
Saatnya Evaluasi Total: Karena Uang Rakyat Tidak Boleh Dihamburkan
Jika PT Surya Kreasi Pangan memang ingin menjalankan perannya secara serius, maka diperlukan satu hal yang sangat mendasar: evaluasi total.
Evaluasi itu harus menyentuh pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mungkin dihindari:
Apakah model bisnis perusahaan ini efektif?
Apakah tata kelolanya transparan?
Adakah indikator yang jelas untuk mengukur kinerjanya?
Dan yang terpenting: bagaimana pengaruhnya terhadap harga pangan yang dirasakan masyarakat?
Jika jawabannya mengecewakan, maka pembenahan menyeluruh adalah keharusan moral.
Dan bila pembenahan itu pun tidak menghasilkan apa-apa, maka pilihan paling santun namun tegas adalah mempertimbangkan kembali keberadaannya. Karena perusahaan yang dibiayai publik tetapi tidak memberikan manfaat publik pada dasarnya hanya menambah beban, bukan solusi.
Perusahaan Publik Harus Hadir untuk Publik
Pada akhirnya, pertanyaan sederhana yang diajukan warga Surabaya harus dijawab dengan tindakan, bukan janji:
Untuk apa PT Surya Kreasi Pangan ada, bila harga pangan tetap melambung dan rakyat Surabaya tetap terbebani?
Rakyat tidak meminta banyak. Mereka tidak menuntut keajaiban. Yang mereka minta hanyalah kehadiran nyata dari sebuah lembaga yang dibentuk atas nama kepentingan mereka.
Kritik ini disampaikan dengan santun, tetapi tetap keras, karena kepentingan rakyat tidak boleh dinegosiasikan.
Perusahaan publik harus hadir bukan sekadar sebagai entitas—tetapi sebagai manfaat. Jika manfaat itu belum tampak, maka kritik bukanlah gangguan: kritik adalah pengingat bahwa uang rakyat dan nasib rakyat tidak boleh dianggap remeh.
M. Isa Ansori adalah Kolumnis dan Akademisi, Wakil Ketua ICMI Jatim dan Dewan Pakar LHKP PD Muhammadiyah Surabaya
