Surabaya 10 Juni 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini kembali mengundang perhatian. Kendati tidak separah masa puncak pandemi, masyarakat tetap perlu waspada terhadap tren peningkatan kasus. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Agung Dwi Wahyu Widodo dr MSi, pakar Imunologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR).
Dr Agung menyatakan bahwa COVID-19 saat ini mungkin tidak separah sebelumnya, tetapi ancamannya tetap nyata. Untuk itu, kewaspadaan masyarakat perlu tetap dijaga. “Kita sudah melewati pandemi sekitar empat tahun lalu. Jadi, kalau ada kenaikan sedikit, itu masih bisa dikatakan wajar. Namun, kita tetap harus waspada karena tidak menutup kemungkinan virus ini belum benar-benar hilang. Ia hanya mengalami mutasi menjadi lebih cepat menular, meski gejalanya lebih ringan,” jelasnya.
Varian Nimbus dan Faktor Pemicunya
Peningkatan kembali kasus COVID-19 menurut Dr Agung dipicu oleh tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut adalah varian baru virus, penurunan kekebalan populasi, serta perubahan perilaku masyarakat pascapandemi. Kombinasi dari ketiganya menciptakan kondisi yang rawan terhadap penyebaran ulang.
“Varian baru ini merupakan hasil mutasi Omikron, mulai dari JN.1 hingga NB.1.8.1. Varian NB.1.8.1 ini dikenal dengan nama Nimbus. Nimbus memiliki perbedaan struktur spike yang sangat signifikan dari varian Omikron sebelumnya,” ujarnya.
Perubahan cuaca juga dinilai berkontribusi menurunkan daya tahan tubuh masyarakat. Menurutnya, musim yang seharusnya panas berubah menjadi dingin dan hujan, kondisi yang ideal bagi penyebaran SARS-CoV-2. Situasi tersebut mirip dengan saat virus pertama kali menyebar secara global.
“Perubahan musim ini memicu penurunan kekebalan tubuh masyarakat. Sementara itu, banyak orang merasa COVID-19 sudah tidak ada sehingga mereka mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, tidak adanya pemeriksaan bukan berarti virus benar-benar hilang,” terangnya.
Lebih lanjut, Dr Agung menyebutkan bahwa minimnya pemeriksaan dan pelacakan membuat infeksi COVID-19 tidak terdeteksi. Banyak orang yang batuk atau pilek tidak mengetahui apakah ia terinfeksi COVID-19. Hal ini menyebabkan munculnya infeksi lubuk yang sulit terkendali.
Vaksin Baru dan Upaya Pencegahan Pribadi Kolektif
Dr Agung menilai vaksin lama kurang efektif terhadap varian baru. Virus mutasi seperti Omikron dan Nimbus mampu menghindari sistem kekebalan yang terbentuk oleh vaksin generasi awal. Hal ini menjadi tantangan baru dalam menghadapi penyebaran varian mutakhir.
Ia menyarankan agar segera dibuat vaksin baru yang spesifik untuk melawan varian-varian Omikron terkini. “Kita membutuhkan vaksin baru, sama seperti pada kasus influenza musiman. Vaksin yang diperbarui bisa memberi perlindungan lebih baik,” jelasnya. Dr Agung juga mengimbau masyarakat untuk menjaga gaya hidup sehat guna memperkuat imunitas. Hal itu mencakup konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga sesuai kemampuan, serta menghindari stres. Ia juga menyarankan masyarakat tetap menerapkan protokol dasar, termasuk memakai masker di tempat umum. (naf)