More
    BerandaPendidikanTim EVOS UNAIR Kembangkan Solusi Daur Ulang Baterai EV dengan IoT dan...

    Tim EVOS UNAIR Kembangkan Solusi Daur Ulang Baterai EV dengan IoT dan AI

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 19 Juni 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Tim riset Electric Vehicle on Study (EVOS), FTMM Universitas Airlangga menginisiasi proyek inovatif bertajuk REVOLT yang berfokus pada optimalisasi siklus hidup baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Penelitian ini menjadi bagian dari kontribusi UNAIR terhadap capaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam isu lingkungan dan energi bersih.

    Kegiatan penelitian dilakukan sepanjang tahun 2025 dengan pusat eksperimen di Gedung Workshop UNAIR. Tiga mahasiswa dari Program Studi Teknik Industri UNAIR Nadia Salsabila Chansa (2023), Rahma Ayu Kusuma Wardani (2024), dan Christofanny Nathaniela Naibaho (2023) berperan aktif di bawah bimbingan Dr. Tahta Amrillah.

    IoT dan AI dalam Monitoring Baterai EV

    Penelitian ini mengintegrasikan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi, menganalisis, dan mengelola kondisi baterai bekas EV. Sistem yang dirancang menggunakan sensor suhu, arus, dan tegangan yang terhubung ke mikrokontroler, mengirimkan data secara real-time ke platform cloud.

    “Dengan dukungan AI, data yang masuk diproses untuk mendeteksi anomali, menilai kesehatan baterai, dan memprediksi kegagalan fungsi. Ini memungkinkan baterai digunakan kembali secara efisien tanpa risiko kerusakan mendadak,” ujar Nadia sebagai ketua tim.

    Remanufaktur dan Sharing Economy sebagai Strategi Berkelanjutan

    Dalam pendekatannya, tim EVOS tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga memperkenalkan konsep sharing economy dalam pemanfaatan baterai bekas.

    “Kami ingin menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, di mana baterai yang sudah tidak terpakai dapat memiliki fungsi baru melalui sistem sewa berbasis platform digital,” ujar Rahma.

    Melalui platform ini, baterai hasil remanufaktur disewakan kembali kepada pengguna lain, sehingga tidak perlu diproduksi baterai baru setiap saat.

    Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa baterai bekas yang telah direkondisi mampu mencapai kapasitas hingga 4.940 mAh dan tetap stabil digunakan untuk jarak tempuh hingga 50 km. “Proses rekondisi ini bukan hanya memperpanjang siklus hidup baterai, tetapi juga secara signifikan menekan biaya lingkungan akibat limbah elektronik,” tambahnya.

    Menuju Industri Hijau dengan Teknologi Berbasis Data

    Proyek REVOLT menjadi bukti bahwa inovasi berbasis data dan teknologi dapat menjadi solusi konkret untuk tantangan lingkungan masa kini. Di tengah peningkatan penggunaan kendaraan listrik, pendekatan seperti ini membuka jalan bagi sistem ekonomi sirkular yang efisien dan ramah lingkungan. “Dengan mengintegrasikan teknologi pintar dan pendekatan kolaboratif seperti sharing economy, kami ingin menciptakan sistem yang bukan hanya efisien, tapi juga inklusif dan berorientasi masa depan,” tegas Christofanny. Ia berharap riset ini dapat menjadi blueprint untuk pengembangan industri baterai berkelanjutan di Indonesia. (naf)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru