More
    BerandaEkonomiAhli Gizi Unair Ungkap Minyak Makan Merah Dapat Atasi Stunting

    Ahli Gizi Unair Ungkap Minyak Makan Merah Dapat Atasi Stunting

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 20 Maret 2024 | Draft Rakyat Newsroom-

    Dalam upaya memperkaya wacana kesehatan dan gizi nasional, Presiden Indonesia telah merilis Minyak Makan Merah (M3). Diketahui, Minyak Makan Merah merupakan sebuah inovasi terbaru dalam dunia kuliner yang diharapkan akan mengubah paradigma konsumsi minyak goreng. Produk yang kaya akan kandungan gizi ini, tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga membuka peluang baru bagi industri pangan dan farmasi.

    Lailatul Muniroh SKM M Kes selaku Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair), menyampaikan bahwa Minyak Makan Merah (M3) memiliki beberapa kandungan bioaktif (fitonutrien) yang lebih unggul daripada minyak konvensional. “Data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tahun 2022 menunjukkan bahwa M3 mengandung konsentrasi Karoten sebesar 753 ppm, Vitamin E sebesar 1016 ppm, dan Squalene sebesar 348 ppm, yang mana kandungan ini lebih tinggi dibandingkan dengan minyak lainnya,” jelas Lailatul, di Surabaya, Selasa(19/3/2024).

    Lebih lanjut, Lailatul menguraikan bahwa Karoten yang berfungsi sebagai pro vitamin A dan antioksidan, memiliki peran vital dalam meningkatkan sistem imun serta kesehatan mata dan kulit. Selanjutnya, Vitamin E, sebagai antioksidan, berkontribusi pada kesehatan jantung dan mendukung fungsi kekebalan tubuh. Sementara itu, Squalene, dikenal dengan manfaat antioksidan dan antiinflamasi, berperan penting dalam kesehatan kulit dan imunitas tubuh.

    Dengan kekayaan vitamin dan senyawa bioaktif, menurut Lailatul, M3 tidak hanya menjadi pilihan minyak goreng yang lebih sehat saat memasak. Melainkan, juga berpotensi sebagai pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan.

    Ia menyarankan cara mengintegrasikan M3 ke dalam diet sehari-hari untuk memaksimalkan manfaat kesehatannya, termasuk penggunaannya dalam menggoreng, menumis, memanggang hingga sebagai salad dressing. Menurutnya, M3 berpotensi dimanfaatkan oleh industri pangan dan farmasi dalam memperkaya vitamin A dan pro vitamin A, dengan mengemasnya dalam bentuk enkapsulan sebagai suplemen atau multivitamin.

    Penting untuk Perkembangan Otak

    Selain itu, Lailatul menekankan potensi M3 dalam mendukung perkembangan otak anak. “Minyak Makan Merah diklaim memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk anak-anak karena mengandung asam oleat dan asam linoleat, yaitu kelompok asam lemak omega-9 dan omega-6 yang penting untuk perkembangan otak anak.”

    “Asam oleat berperan dalam pembentukan membran sel otak, sementara asam linoleat merupakan komponen utama dalam pembentukan membran tersebut dan juga prekursor asam arakidonat, yang terlibat dalam transmisi sinyal seluler di otak. Kedua asam lemak ini menyediakan bahan bakar untuk pembentukan membran sel otak dan mendukung fungsi sel normal otak,” imbuhnya.

    Proses produksi M3 yang tidak melalui bleaching, membawa dampak positif dan negatif. Lailatul menilai proses ini mempertahankan kandungan beta karoten, vitamin E, squalene, dan senyawa bioaktif lainnya dengan kadar yang relatif tinggi.

    “Ini berarti pengembangan M3 tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan dan pangan fungsional tetapi juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor vitamin A dan E sintetis, yang berkontribusi pada penghematan devisa dan perbaikan neraca perdagangan negara,” ungkapnya.

    Dengan begitu, sambungnya, produksi M3 oleh koperasi petani sawit di sekitar perkebunan sawit rakyat memungkinkan masyarakat sekitar untuk mengakses produk ini dengan harga yang relatif terjangkau. Alih-alih, Lailatul menilai produk M3 yang tidak melalui proses bleaching mungkin mengandung kontaminan yang lebih tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan produk akhir. Selain itu, M3 juga lebih rentan terhadap oksidasi, yang dapat memperpendek umur simpannya.

    Ia menyebutkan bahwa variabilitas dalam kualitas minyak mentah yang digunakan dalam produksi makanan juga dapat menyebabkan ketidakseragaman dalam produk akhir. Sehingga, hal ini menjadi sebuah tantangan bagi industri pangan yang membutuhkan konsistensi produk.(naf)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru