More
    BerandaGaya HidupDosen Sosiologi Keluarga UNAIR Tanggapi Lonjakan Perceraian Pasangan Muda di Ponorogo

    Dosen Sosiologi Keluarga UNAIR Tanggapi Lonjakan Perceraian Pasangan Muda di Ponorogo

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya, 17 Januari 2023 – DRAFTRAKYAT.COM – Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mencatat sebanyak 1.982 sidang sengketa perkara perceraian sepanjang tahun 2022. Alasan terjadinya perceraian didominasi oleh faktor ekonomi dan faktor usia yang belum matang.

    Menanggapi fenomena tersebut, dosen yang menaruh konsentrasi pada sosiologi keluarga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Siti Mas’udah SSos MSi memberikan tanggapan. Ia berpendapat bahwa penyebab perceraian dinilai sangat kompleks. Namun, tingginya perceraian di Ponorogo yang terjadi disebabkan oleh finansial keluarga yang belum stabil.

    Penyebab Perceraian Pasangan Muda

    Uud, sapaan akrab Siti Mas’udah, mengatakan bahwa melihat data dominasi pasangan muda yang bercerai, belum ada kesiapan matang secara ekonomi. Ia mengatakan, pernikahan dini bisa memutus akses untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya, kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak relatif cukup kecil.

    Selain itu, usia yang relatif muda juga berpengaruh pada kesiapan mental yang masih labil dalam menghadapi masalah rumah tangga. Sehingga ketidaksiapan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah keluarga itu bisa memicu terjadinya perceraian.

    “Pilihan menikah oleh pasangan muda bisa saja karena hanya luapan emosi sesaat, romantisme cinta. Wacana masyarakat daerah pedesaan juga menganggap bahwa pernikahan dianggap sebagai cara melanjutkan hidup dan menghindari perilaku menyimpang. Apalagi para wanita desa yang sudah memasuki usia matang dan belum menikah akan mendapatkan cap sebagai perawan tua,” terang Uud.

    Makna Perceraian di Masyarakat

    Uud juga menjelaskan bahwa pernikahan menjadi salah satu pintu sakral dalam menjadi bagian kelompok sosial yaitu keluarga. Sehingga proses perceraian sebisa mungkin akan dihindari oleh kalangan masyarakat. Memasuki kehidupan modern saat ini, perempuan juga mendapatkan beban ganda sebagai pekerja dan mengurus rumah tangga. Berkembangnya kebudayaan materi juga membuat perempuan memiliki kuasa untuk memutuskan pilihan hidup.

    Hal itu, lanjut Uud, memberi perempuan kesempatan untuk melakukan gugatan cerai apabila sudah dirasa tidak bisa meneruskan bahtera rumah tangga yang dijalani. Dilihat dari kasus perceraian yang ada di Ponorogo menyebutkan bahwa laporan didominasi oleh gugatan cerai dari pihak istri.

    “Bergesernya makna perceraian di masyarakat sekarang bukan dianggap tabu. Hal ini menunjukan adanya perubahan sosial di masyarakat yang awalnya menganggap perceraian sebagai kegagalan dalam pernikahan namun juga bisa menjadi penyelesaian dalam konflik rumah tangga yang dialami,” terang Uud.

    Berikan Tips

    Uud menegaskan, pernikahan tidak hanya membutuhkan dibutuhkan perasaan cinta saja.  Pernikahan merupakan langkah untuk memasuki fase kehidupan baru bersama pasangan. Meniti kehidupan bersama sebagai partner hidup membutuhkan komitmen yang kuat.

    “Menikah bukan selalu tentang cinta, tapi kemampuan untuk saling memahami, saling mengenali dan berkomitmen untuk hidup bersama. Menikah tidak selayaknya dijadikan solusi dari masalah, namun menikah adalah pondasi awal memasuki kehidupan dewasa,” terang Uud. (br)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru