Surabaya, 12 Januari 2023 – DRAFTRAKYAT.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku heran terhadap anak muda sekarang tidak suka pergi ke kantor, padahal Covid-19 sudah mereda. Dalam lawatannya ke Amerika Serikat, ia mendapat cerita bahwa terdapat kesenjangan generasi, di mana ada generasi yang lebih merasa nyaman di rumah ibunya.
Tidak lama sebelum itu, sebuah petisi tentang persetujuan diterapkannya sistem Work From Home atau WFH kembali mencuat setelah ditandatangani sejumlah orang. Padahal, tren angka positif Covid-19 sudah menurun drastis, artinya sistem WFH tidak lagi diperlukan.
Kepada UNAIR NEWS Kamis (12/1/2023), Sosiolog sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sutinah Dra MS, memberi tanggapan. Baginya, hal tersebut merupakan dampak dari perubahan sosial belakangan ini, salah satunya ketika era digital membuming.
“Dulu semasa saya, bekerja itu adalah bekerja di kantor, orang tidak dianggap bekerja kalau tidak di kantor. Dan sekarang mengalami perubahan terutama setelah perkembangan IT,” jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pola pikir tersebut. seperti, efisiensi waktu, merasa lebih produktif, tidak terdapat gangguan yang signifikan, tidak perlu terjebak macet, hingga merasa lebih nyaman. Selain itu, pekerja pun dapat mengatur waktunya sendiri dalam bekerja, karena bekerja tidak sekadar pagi dan pulang sore.
“Bisa jadi ada orang yang ingin kerjanya pagi-pagi sekali. Namun ada juga yang ingin kerjanya malam karena sepi sehingga mereka tidak terganggu oleh suara atau mendengar hal lain,” ujarnya.
Selain itu, jelas Prof Sutinah, pekerja pun dapat menggunakan waktu luang tersedia untuk melakukan kegiatan yang menunjang produktivitas. Komponen tersebut, sambungnya, yang akhirnya menjadi angin segar bagi pekerja milenial yang cenderung menyukai fleksibilitas dalam melakukan sesuatu tanpa tekanan yang besar.
“Di kantor itu kan sering kali ada semacam konflik dengan teman, dalam arti bukan konflik fisik ya. Ada persaingan, kadang ada hal yang membuat jealous tapi kalau dirumah kan tidak,” tambahnya.
Namun, menurutnya, secara sosiologis, manusia tetap membutuhkan interaksi soalnya. Walaupun hal tersebut mampu dilakukan dengan perantara teknologi, interaksi sosial yang dilakukan langsung tanpa sekat dan jarak pun tetap harus diperhatikan. Hal tersebut akan meningkatkan pemahaman kita terhadap lawan bicara daripada interaksi dengan teknologi.
“Dalam masyarakat digital kita tetap membutuhkan hubungan dengan sesama. Karena interaksi sosial itu dalam sosiologi dikenal sebagai dasar orang untuk dapat melakukan aktivitas. Meskipun teraksi dapat dilakukan secara online, tapi interaksi secara langsung masih tetap diperlukan,” tutupnya. (br)