More
    BerandaUncategorizedRekayasa Nanoteknologi UNAIR Sulap Limbah Batik Jetis Jadi Solusi Bersih dan Ramah...

    Rekayasa Nanoteknologi UNAIR Sulap Limbah Batik Jetis Jadi Solusi Bersih dan Ramah Lingkungan

    Penulis

    Tanggal

    Kategori

    Surabaya 6 Oktober 2025 | Draft Rakyat Newsroom – Program Studi Rekayasa Nanoteknologi Universitas Airlangga kembali menunjukkan kontribusi nyata melalui kegiatan pengabdian masyarakat di sentra kerajinan batik Jetis, Kota Sidoarjo. Program ini fokus pada pemanfaatan karbon aktif dari cangkang kelapa. Metode ini sederhana, ramah lingkungan, dan efektif untuk mengolah limbah cair batik secara signifikan. Kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas lingkungan. Selain itu, pelatihan memberi keterampilan baru yang bermanfaat bagi keberlanjutan usaha batik lokal secara berkelanjutan dan meningkatkan kapasitas para perajin.

    Pemanfaatan Karbon Aktif untuk Pengolahan Limbah Batik

    Limbah cair batik mengandung zat warna sintetis dan senyawa kimia berbahaya. Jika tidak ditangani, limbah dapat mencemari air dan tanah secara luas. Dr Raden Joko Kuncoroningrat, ketua tim pengabdian masyarakat, menjelaskan, “Tim UNAIR memperkenalkan teknologi adsorpsi menggunakan karbon aktif dari cangkang kelapa. Karbon ini memiliki luas permukaan tinggi dan mampu menyerap zat warna secara efektif.”

    Para perajin dilatih mulai dari pembuatan karbon aktif hingga penerapannya. Dr Raden menambahkan, “Kami menekankan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan. Program ini bisa menjadi model bagi sentra kerajinan lain di Jawa Timur dengan dampak nyata bagi lingkungan.” Zainal Afandi, ketua paguyuban Batik Jetis, menyambut baik kegiatan ini. Ia menegaskan, “Pengolahan air baku perlu dilakukan. Limbah yang dibuang begitu saja akan memberikan efek jangka panjang yang merugikan lingkungan serta kesehatan masyarakat.”

    Inovasi Berkelanjutan dan Manfaat bagi Perajin

    Dr Tahta Amrillah, ketua tim peneliti, menjelaskan, “Cangkang kelapa dipilih karena tersedia melimpah, biaya rendah, dan ramah lingkungan. Metode ini mudah diterapkan di lapangan. Solusi ini membantu perajin menjaga kualitas produk sekaligus lingkungan dengan efektif. Kami berharap inovasi ini menginspirasi pengrajin lain untuk melakukan praktik serupa.”

    Program ini menunjukkan peran perguruan tinggi dalam mendukung industri kreatif lokal melalui inovasi teknologi. Dr Prastika Krisma Jiwanti, Wakil Dekan 3 FTMM, menambahkan, “Kami berharap program pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dapat berkontribusi pada beberapa poin SDGs. Terutama SDG 6 air bersih dan sanitasi, SDG 12 konsumsi dan produksi berkelanjutan, serta SDG 13 penanganan perubahan iklim. Program ini juga menginspirasi generasi muda untuk peduli lingkungan. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan serta keterampilan praktis para perajin dengan sangat baik dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya inovasi teknologi yang ramah lingkungan.(far)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini
    Captcha verification failed!
    Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

    Artikel Terbaru